Saturday, April 25, 2009

Gita Amilia

http://loverchipmunks.blogdetik.com/2009/02/11/menanggapi-jangan-cuma-menuntut-dosen-enak/#comment-50

Menanggapi “jangan cuma menuntut dosen enak”
11 Februari 2009 · 13 Comments

Isi dari blog tersebut http://provokasi-prass.blogspot.com/2009…) menyadarkan saya akan arti pendidikan. Selama ini saya merasa bahwa pendidikan itu seperti jual-beli. Terimakasih sebelumnya kepada pak prass dosen kami yang telah benar-benar menyadarkan saya bahwa anggapan saya itu salah besar. Saya setuju dengan sosok Prasetya M. Brata bahwasannya pendidikan itu bukanlah jual beli namun produksi dan transformasi. Dan sosok Prasetya M. Brata telah menyadarkan saya akan artinya menjadi “Mahasiswi yang enak”. Daripada pusing ngurusin dosen yang dianggap gak enak dan hasilnya pun mata kuliahnya jadi tidak kita sukai dan nilai kita jadi jeblok. Lebih baik berfikir “Bagaimana menjadi sosok mahasiswi yang enak” (kembali pada teori Be-Do-Get). Dan mulai detik ini juga (seperti slogan perusahaan yang saat inisaya naungi) saya berprinsip bahwa pendidikan BUKAN jual beli melainkan proses produksi dan transformasi.

Ika Pratiwi

http://ika-pratiwi.blog.friendster.com/2008/07/bedah-buku-provokasi/

Judul Buku : PROVOKASI
Menyiasati Pikiran, Meraih Keuntungan
Penulis : Prasetya M. Brata
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008
Tebal Buku : xxix + 245 halaman

"Sombong adalah kotoran yang paling banyak dan paling mudah menempel. Kesombonganlah penyebab Iblis keluar dari Surga dan dilaknat Tuhan selamanya."

Petikan kalimat di atas merupakan salah satu kajian dari buku yang berjudul : "PROVOKASI Menyiasati Pikiran, Meraih Keuntungan" hasil karya Bp. Prasetya M. Brata (dengan nama panggilan : Prass). Alhamdulillah…aku mendapat kesempatan untuk membaca buku Provokasi, yang "dihadiahkan" oleh Bp. Prass sendiri melalui Ibunda saat peluncuran perdananya pada tanggal 26 April 2008 di Cisarua Bogor-Jawa Barat.

Sampul buku yang berwarna hitam membuat kesan menarik dan penasaran, karena sangat jarang sampul buku bertema Psikologi yang berwarna hitam pekat. Seperti yang diketahui pada umumnya, warna hitam mengandung arti : Misterius dan Berwibawa. Judul bukunya sih…seperti suatu bacaan yang "berat", padahal setelah dibaca lebih lanjut, seperti sedang membaca sebuah novel.

Bahasa yang disajikan sederhana, mudah dicerna dan tidak misterius, namun bermakna sangat dalam hingga ke lubuk hati. Terkadang ada sindiran halus yang membuat kita berpikir untuk tidak mengulangi kesalahan yang serupa (walaupun kelihatannya hal yang sepele).

Selain itu, Bp. Prass menganjurkan para pembacanya, sebelum mengadakan reuni teman-teman sekolah ada baiknya memvisualisasikan dalam pikiran untuk memiliki perasaan positif kepada semua teman, seperti bertemu teman-teman baru yang menyenangkan semua. Hmmm, tipsnya boleh juga nih…..untuk diterapkan langsung ke semua teman!

Buku Provokasi berusaha memprovokasi para pembacanya untuk menyadari bahwa setiap peristiwa dalam kehidupan sehari-hari akan mendapatkan hasilnya di kemudian hari. Jika kita mengalami hal yang kurang berkenan di hati, segeralah untuk beristighfar (memohon ampunan kepada Sang Pencipta) dan intropeksi diri, agar mendapat kehidupan yang lebih baik lagi. Dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT untuk mengatasi segala masalah yang dihadapi.

Saturday, April 18, 2009

Teresa Arif

FB 11 feb 09

hallo pak salam kenal.... sering dengar bpk di Smart FM ! sangat insiratif & kreatif. Jadi ketagihan dengar tiap hari

Have a nice day

Rdgs, Teresa

Mj Wawan


FB 16 Februari 2006

mas..makasih klo...gak rugi aku beli buku kamu.sedikit banyak ada efek positifnya.cerita2 di buku aku jadikan panutan,tp diambil yg sifatnya mudah diterapkan dlu.
btw,dah baca THE SECRET??aku dah beli dari dlu...baru baca sekitar 50an halaman.sampai sejauh itu masih blum paham apa itu RAHASIA??
bisa kasih clue??

Hayatun Nufus


FB 2 Maret 2009

pa,, ad cerita nich,,, cerita yang aku bawa dari sudut kota Cikampek,,

Aku kmrn dpt tawaran pindah kampus,, GRATIS biaya kul + masih dpt gaji yang lumayan. tapi harus kerja disana untuk bantu urus kampus itu... interviewnya langsung sama Ketua Yayasannya [Selevel Bapak yaks,,hehe].
Tapi dengan segala pertimbangan aku putuskan untuk ga mengambil kesempatan itu, salah satunya karna jauh dan kampusnya jujur ajah 'ga banget' [jgn bilang sapa2 yah pa] hehehee,,,, jadi aku tetep di BP sampe sekarang...

Pas pulang dr kampusnya setelah menolak tawaran tersebut, fikirku aku ga boleh nyesel, dan ternyata sedikit terjawab tyuh pa,,,
aku liat Ketua Yayasan disana lagi baca buku PROVOKASI'nya bapak,,,
sambil dia bilang bukunya bagus,,heheee,,,

Hhmmm,,, jadi makin yakin dech aku kalu aku fikir Lebih baik belajar sama yang nulis bukuna aja deh langsung,,, kesempatan yang lebih ok nampaknya,,, heheheeee,,,,,

Tina Sarmi



FB 23 Maret 2009

Salam kenal pa Pras. Biar lebih akrab saya panggil pa Pras, ga ap kan?

Saya tina, saya sudah baca buku pa Pras 'PROVOKASI', bagus... Akhir2 ini saya lagi senang baca buku tentang pengembangan diri dan kebetulan waktu itu teman saya merekomendasikan buku 'PROVOKASI' utk saya baca, walaupun awalnya saya ga suka baca buku stebal itu (bagi saya buku PROVOKASI itu tebal) tapi ternyata berawal dari buku itu saya jd suka baca buku yang stebal gaban, he....

Senang bisa berkenalan dgn pa Pras ^_^

Wednesday, April 15, 2009

www.andaluarbiasa.com

Sulut Pikiran dan Pecahkan Kotak Belenggu

Oleh: Rina Suci Handayani*

DATA BUKU

Judul: Provokasi

Oleh: Prasetya M. Brata

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2008

ISBN: 978-979-22-3720-7

Tebal: xxxvi + 246 hal

Ukuran: 13 x 20 cm

Tidak banyak orang yang mau merasa beruntung. Bagi segelintir orang, keberuntungan adalah barang langka ibarat jarum dalam tumpukan jerami. Namun bagi Prasetya M. Brata, penulis buku Provokasi, keberuntungan adalah masalah menyiasati pikiran. Tidak ada kata nasib buruk’ dan nasib baik’ dalam kamus hidupnya. Siapa pun bisa beruntung asalkan mau beruntung. Bersiaplah membuka cakrawala dan hati Anda menuju keberuntungan bersama Provokasi.

Judul yang menantang, itu yang tersirat dari buku Provokasi yang ditulis oleh Prasetya M. Brata. Dikemas dengan cover hitam elegan, buku yang sudah dicetak untuk kali kedua pada 10 Agustus 2008 ini mendapatkan sambutan positif dari pencinta buku jenis mind opener atau motivasi. Tidak sedikit yang kecele dengan judulnya yang terkesan politis. Tetapi, buku ini memang pantas dibaca oleh para politisi kita, supaya mereka lebih tersulut memberikan yang terbaik untuk negaranya.

Isinya ringan disajikan dalam bahasa yang popular, sederhana, menyulut, dan berani. Pengalaman keseharian dan aktivitas penulis tampak jelas menjadi inspirasi utama Provokasi. Bergelut dengan manusia dan sisi kemanusiaannya membuat Prasetya mampu menyajikan kasus-kasus humanis, yang kerap disepelekan dalam keseharian, menjadi sajian yang menyentuh, bersemangat, provokatif, dan menggelitik.

Gundah

Akal dan hati berada dalam satu badan namun belum tentu satu suara. Apakah rasa gundah itu lebih dulu muncul dari dalam hati lalu menuju akal untuk mencari solusinya? Atau sebaliknya? Akal menganalisis tetapi bila tidak sesuai dengan hati maka muncullah rasa gundah itu. Jawabnya sama saja ketika Anda disodori pertanyaan mana yang lebih dulu ada, ayam atau telur. Kegundahan pulalah yang menjadi titik balik Prasetya membuat sebuah blog di halaman elektronik. Inilah cikal bakal Prasetya pada akhirnya merilis sebuah buku yang diberi genre berbeda dari beberapa pembacanya.

Penerbitnya sendiri menggolongkan Provokasi termasuk kategori buku motivasi. Saat peluncuran buku ini tanggal 16 Mei 2008 yang lalu, terpampang dengan jelas di backdrop panggung diskusi bahwa buku ini dikategorikan sebagai buku mind opener. Seorang pembaca lain yang berprofesi sebagai jurnalis harian ekonomi di Jakarta lebih suka mengatakan buku ini adalah buku bergenre pengembangan diri atau self improvement.

Terlepas dari pilihan genre Provokasi, toh kentara betul gaya bahasanya memang menyulut alias provokatif. Dan, pada dasarnya jenis buku ini jamak beredar di pasar buku. Jadi, kalau dilihat dari genre buku Provokasi adalah buku yang tidak istimewa, kecuali Anda pro genre buku jenis ini, tentu bisa saja berkata lain.

Kondisi keseharian di Jakarta mendesak Prasetya untuk menuangkan kegundahannya akan perbedaan atas fakta kehidupan dan keyakinan, nilai, dan program yang ada di kepala penulis yang diakuinya berasal dari orang tua, guru, penataran P4, pramuka, dan lain-lain. Prasetya ramah dalam berkisah, alhasil puzzle kehidupan penulis tersaji dengan renyah dan mudah dicerna. Kisah-kisahnya yang secara jujur menguak pribadi penulis tidak sungkan dituliskannya. Ketika penulis menilai orang lain berdasarkan tafsirnya sendiri, yang mengarah menjadi prasangka dan mencoba mengatasinya agar prasangka tidak menjerumuskannya dalam pikiran negatif.

Suatu saat di sebuah perjalanan santai di Yogyakarta, penulis yang akrab disapa Prass ini terduduk di depan sepasang manusia yang berbeda ras. Seorang perempuan kulit putih dan lelaki lokal alias pribumi. Apa yang dilihatnya dari akivitas kedua insan itu diolahnya hanya berbekal pengalaman dan pengetahuan masa lalu Prass. Inilah yang dia katakan nyaris menjerumuskannya dalam prasangka yang memang jelas-jelas dilarang oleh Tuhan. Prass mengakui, bahwa ia hanya mengira-ngira tentang sepasang manusia itu. Padahal, perkiraannya itu belum tentu sesuai dengan kenyataannya. Kalau hal ini terjadi bisa timbul dampak yang menyebabkan ’korban’ Prass ini mungkin saja teraniaya karena hasil mengira-ngira itu.

Itulah yang Tuhan hindarkan dari sebagian prasangka, men-dzholimi orang lain yang bisa berakibat orang tersebut terfitnah, padahal belum tentu perkiraan Anda itu benar. Hati-hati, apa yang Anda lihat belum tentu sesuai dengan kenyataan. Penting untuk cek dan cek ulang sebelum menbuat pernyataan dalam benak Anda, begitu yang ingin Prass sampaikan lewat kisah Prasangka. Apa yang dituliskannya sangat mencerminkan karakter pria yang kesehariannya sibuk memberi training seputar pengembangan sumber daya manusia ini.

Berani Sekaligus Menyentuh

Siapa yang tidak bangun ketika disiram seember air sangat dingin? Kalau tidak bangun namanya terlalu. Ini penulis lakukan di kisah yang diberinya judul Hormatilah Orang yang Tidak Berpuasa. Provokasi ini mengundang pro dan kontra, yang pasti ibarat air dingin yang disiramkan kepada orang yang tertidur lelap. Responnya, ada yang bangun kemudian sadar, tetapi ada juga yang menganggapnya sebagai gangguan di saat kondisi nyaman, maka timbullah kemarahan.

Menyentuh karena manusia hanya memberikan apa yang dia miliki. Kehormatan adalah hal yang harus dimiliki diri sendiri sebelum menghormati orang lain. Prasetya memecah comfort zone pembaca dengan sudut pandang yang keluar dari kotak, pakem, atau norma yang selama ini telanjur mengakar.

Apakah Anda bisa menebak? Ya, tidak sedikit kontra untuk tulisannya yang satu ini. Tetapi Prass tidak kapok menulis hal yang dianggap tidak lazim ini. Hormatilah Orang yang Tidak Berpuasa (2), dituliskannya untuk menjawab komentar yang masuk. Pertanggungjawaban Prass untuk tulisan yang satu ini memang membutuhkan keberanian, pasalnya ini adalah area publik yang cenderung dinilai sensitif. Apalagi di tengah komunitas muslim yang mendominasi, namun mengapa Prass justru terlihat membela yang minoritas ketimbang yang mayoritas? Prass punya argumen sendiri dalam bahasa yang lagi-lagi menyulut. Sungguh berani.

Pecinta Angklung

Lima tahun saya bersahabat dengan Angklung, alat musik tradisional khas Jawa Barat. Berkat jadi pemain angklung saya sudah mentas di Istana Negara, menghibur tamu negara saat Megawati menjabat sebagai presiden. Saya juga pecinta budaya Indonesia, termasuk reog yang pernah demo di depan kedutaan Malaysia sekitar bulan Februari 2008. Saat angkutan umum yang saya tumpangi melintas melewati pendemo tersebut, saya tersenyum bahagia mendukung para penari reog untuk bisa mendemo Malaysia sampai mereka kecut. Emosi negatif saya terpancing keluar berupa energi negatif berbentuk rasa kesal.

Persamaan angklung dan reog? Sama-sama diklaim oleh Malaysia. Sempat mendidih juga darah nasionalisme saya. Sampai akhirnya saya sampai di halaman 108 buku Provokasi dengan judul yang lagi-lagi berani, Malingsia. Hmm, perlahan-lahan darah saya mendingin kembali. Tidak saya sangka ternyata penulis mengapresiasi kasus ini, saya sebagai pecinta angklung jadi lebih terbuka. Ini memang masalah bersama, aset yang harus dipertahankan tapi apa masalahnya? Penulis mengembalikan kepada tafsir pembaca yang sedikit diwarnai teori isi teko ala Aa Gym. Saya kembali bertanya kepada diri sendiri, jadi apa masalahnya?

Miskin Selamanya

Ketika saya masih di bangku SD kelas enam di tahun 1989, saya masih ingat guru saya bilang negara kita adalah negara berkembang. Begitu pula ketika saya SMP, SMA, sampai perguruan tinggi. Indonesia adalah negara berkembang. Lha, kapan mekarnya, ya? Malah katanya sekarang jadi layu? Apa yang bikin layu? Apa karena kelamaan berkembangnya? Menurut saya, mungkin karena kita masih ‘miskin’.

Sangat menarik ketika saya membaca tulisan Prasetya, “Insya Allah Anda miskin terus.” Penulis yang selama 39 tahun hidupnya berada di dunia logika ini tidak segan-segan menuliskan sebuah pernyataan yang dihindari kebanyakan orang dan pemerintah: miskin. Mana ada negara yang mau jadi negara miskin.

Jika saya telaah lagi, pada dasarnya diri saya sendirilah yang membuat saya merasa miskin. Di tulisan ini Prasetya menyajikan sebuah menu andalan yang saya namakan Yakin’. Ketika saya yakin bahwa saya miskin, ya itulah saya. Ketika saya yakin saya tidak layak, ya itulah saya. Dan, yakin bukan hanya milik hati seorang manusia saja, tetapi juga milik sebuah bangsa karena bangsa terdiri dari berjuta-juta hati manusia. Kalau melihat sekeliling dalam keseharian, saya jadi sedikit mengerti mengenai kenapa Indonesiaku ini sulit termotivasi dan masih ‘miskin’.

Mind Set is Matter

Tidak ada gading yang tak retak. Prass berpendapat bahwa keberuntungan yang selalu dinikmatinya bisa datang dalam bentuk apa pun. Kritik tajam maupun pujian bagi Provokasi adalah keberuntungan yang baginya diibaratkan mutiara. Mutiara memang keras namun indah dan diperebutkan. Intan juga keras namun mahal harganya. Berbagai tulisan di Provokasi pada intinya menyulut pembaca bahwa semua bisa mudah dan menjadi beruntung asalkan kita mau. Siasati pikiran karena itulah titik awal keberuntungan yang didambakan setiap insan.

Tidak perlu berpikir berdarah bila bisa berpikir mudah. Bila berpikir bahwa menerbitkan sebuah buku itu harus berdarah-darah, maka itulah yang terjadi. Tetapi sebaliknya, jika berpikir bahwa menerbitkan buku itu mudah maka itulah yang terjadi,” katanya suatu saat dalam sebuah diskusi. Pernyataannya memang sudah dibuktikan, Prasetya sama sekali tidak memiliki rekam jejak sebagai penulis, tetapi impian berjuta penulis untuk menerbitkan sebuah buku telah lebih dulu dicapainya. Jadi, apa yang salah bila belajar dari apa yang sudah dijalankannya, meyiasati pikiran meraih keberuntungan?

Nasib Anda hari ini Andalah yang menentukan karena memang manusialah yang menentukan nasibnya. Bukan orang lain. Tuhan saja sudah mendelegasikan tugas menentukan nasib kepada manusia. Nasib tergantung dari mind set dan usaha. Yup, mind set is matter and mind opener is important. Provokasi cuma setitik dari lautan buku motivasi, mind opener, atau self improvement atau apa pun itu yang membanjiri dunia literatur.

Provokasi yang pasti tidak sepopular The Secret karya Rhonda Bryne, namun saya sangat terprovokasi mengubah mind set ketika tiba di kisah: Pulang. Saya jadi iri dengan yang sudah berpulang dan benar-benar menanti pulang. Keluar dari kotak berpikir bahwa pulang yang selama ini ditanamkan tabu untuk dibicarakan bahkan dipikirkan menjadi wajib hukumnya untuk saya bicarakan dan pikirkan setiap detik. Siapa yang tidak bahagia ketika pulang? Kalau tidak bahagia namanya terlalu.[rsc]

* Rina Suci Handayani adalah seorang wartawan, tinggal di Taman Wijaya Permai, Taktakan, Serang, Banten. Ia dapat dihubungi melalui nomor telepon 081321190873 atau pos-el: bright_solemio@yahoo.com.

Sunday, April 5, 2009

Ferdie Dm

Facebook message : 5 April 2009

PAK PRAS HARUS BERTANGGUNG JAWAB !!!!



PAK PRAS HARUS BERTANGGUNG JAWAB, gara2 Bapak....

Saya jadi ter PROVOKASI

Halo Pak, jangan marah dulu.. saya sengaja bikin judulnya gitu, niruin gaya pak Pras, supaya Bapak jadi terprovokasi.
Saya Ferdie, mahasiswa ITB yang waktu itu pernah kirim message ke pak Pras dan udah baca buku nya pak Pras..

Tau ga pak kenapa saya beli buku Bapak?
Sebenarnya dari cover saya bingung bukunya item2 gitu, saya kirain tentang apa karena 'menyiasati pikiran, meraih keberuntungan', terus ada merah2nya, saya baru sadar itu fotonya pak Pras yang diliatin framenya saja.

Lalu saya baca halaman awal. tulisannya "Setelah membaca buku Stephen Covey, tentang paradigma bla bla bla"

koq sama banget seperti saya juga tertarik dengan paradigmanya si stephen covey itu, ...

langsung deh saya coba liat lagi, egh bukunya asik gaya bahasanya dan penyampaiannya...
akhirnya saya beli, dan udah saya baca sampe abis..

Jadi, klo dalam NLP istilahnya ada pacing dan leading, pak pras dari awal langsung PACING ke saya hahaha, terus mulai leading dengan pemikiran-pemikiran pak Pras yang sebenarnya berupa pengalaman sehari-hari dari blognya pak Pras..

Terus, saya ini kan trading dan invest di pasar modal juga, dari dulu nemuin suatu metode yang membuat saya bisa hanya meluangkan waktu 10 menit setiap minggunya tetep bisa profit. Dari dulu saya kepengen nulis buku, ingin mengutarakan pengalaman saya kepada semua orang. Tapi dari dulu ga jadi-jadi karena banyak halangan.

Entah kenapa , gara2 baca bukunya pak pras, saya jadi ter PROVOKASI untuk nulis buku.. Sekarang lagi tahap penyelesaian, saya masih kuliah lagi sibuk2nya semoga aja cepet selesai yah pak..

Nah, pak PRAS harus BERTANGGUNG JAWAB,, harus kasih testimoni.. karena gara2 pak Pras saya jadi nulis buku, apalagi pak pras dosen MM UI, cocok bgt sama temanya ttg ekonomi. haha , metode yang saya pake simpel bgt, ga perlu ada latar belakang ekonomi sama sekali kaya saya juga bisa pakai,.

Nanti klo bukunya sudah jadi saya tunjukkin ke bapak, kasih testimoninya ya pak. oya saya memasarkannya lewat internet marketing dulu, baru cetak buku fisiknya. Selain buku juga ada audio dan video pembelajarannya...

inget ya pak,, harus bertanggung jawab gara2 PROVOKASINYA.. hahahaha

bercanda Pak
Sukses Selalu

Suatu saat kita ketemu pak, saya penasaran sama pak Pras orangnya kaya apa, koq bisa nulis buku kata2nya kaya begitu..

NB: kalo di luar negeri ada Joe Vitale dengan "Hypnotic Writing"nya, di Indonesia ada Pak Pras dengan 'Provokasi"nya.

Sukses selalu PAK
Salam PROVOKASI