Tuesday, November 11, 2008

Imelda Coutrier Miyashita

http://imelda.coutrier.com/2008/08/27/aku-tidak-mau-pergi/


Aku tidak mau pergi!

Hari ini Riku pertama kali ke TK setelah liburan panjang di Jakarta. Seharusnya sejak hari Kamis minggu lalu. Tapi aku lupa! Aku pikir baru mulai hari Senin tgl 25. Setelah hari seninnya, baru aku liat kertas pengumumannya ternyata sudah sejak hari Kamis lalu…. Ada acara memecahh buah semangka, finger painting, berenang dan menonton film. Hanya 2 jam dari jam 9:30 sampai 11:30. Memang sih tidak wajib hadir. Tapi aku sudah mendaftar akan hadir jauh-jauh hari.

Hari ini temanya: Body painting. Jadi kemarin sudah ada telepon beranting yang mengingatkan untuk membawa CD dan handuk. Pagi jam 8 Riku sudah siap. Semangat sekali dia mau pergi karena dia tahu hari ini juga Tante Marikonya akan datang (duh udah kayak pacaran aja deh…. kemarin sudah bermain seharian —sampai aku marahin karena bongkar akuariumnya— jam 8 malam masih telepon juga ke Tantenya… dan…. main jankenpong (suit) di telepon !!! duh duh duh). Jam 9:10 Mariko san datang, dan Mereka langsung berangkat ke TK. Hari ini aku tidak usah mengantar Riku, digantikan Mariko san. Hmmm ada rasa kehilangan juga, tapi sekaligus kesempatan untuk membereskan rumah, terutama pakaian yang belum kering karena hari ini cerah sekali. Aku sampai nyuci 3 kali!.

Begitu Mariko san kembali ke rumah, aku siapkan makanan untuk Kai, dan aku naik sepeda ke arah stasiun untuk mengurus Bank dan belanja. Ternyata setelah dari Jakarta, baru hari ini aku keluar rumah sampai sini. Hmmm tidak ada perubahan yang berarti tapi…. ada satu toko sayuran yang murah, menempelkan kertas di depan tokonya, “Libur untuk waktu yang tidak ditentukan”. Ada apakah gerangan? Saya selalu curiga dengan perkataan itu, karena seakan-akan toko itu akan tutup.

Setelah dari Bank, aku sempat mampir di tempat penitipan anak “Baby Station”, untuk menanyakan tentang peluang untuk menitipkan Kai di situ. Ternyata di situ juga penuh. HMmm jelas lah, bulan september begini biasanya pasti sudah penuh. Jalan satu-satunya…. minta kesediaan Tante Mariko jadi baby sitter hehehe mumpung Kai mau sama Mariko san … Kai bilang ” mbakkkk… mau”. (ngga juga deh… soalnya tante Mariko sudah sibuk dengan pacara barunya…aku bisa titip Kai sebagai visitor di HImawari, tempat Riku dulu). Setelah belanja sayur dan buah-buahan aku cepat-cepat pulang karena sudah jam 11… Riku harus dijemput jam 11:30.

Sebetulnya aku ada janji dengan dokternya Kai untuk check up dan vaksin MR jam 2:30. Tapi karena Kai persis tidur dan sebelumnya ada kecelakaan kecil (lantai basah kuyup akibat kai main air yang dibawa Riku) jadi aku tidak siap pergi. Kepala juga rasa mau meledak karena aku masih harus siapkan perlengkapan yang harus dibawa Riku untuk pergi menginap besok. Semua perlengkapan harus diberi nama dan dimasukkan dalam kantong plastik terpisah-pisah. Pokoknya banyak banget aturannya. Sibuk deh. Aku batalkan dokter hari ini dan ganti jadwal ke minggu depan.

Nah… yang menjadi masalah adalah… tiba-tiba Riku menangis…

“Mama besok Riku tidur sendiri? ngga sama mama?”

“Iya sama teman-teman loh, dan sama Maiko sensei. Riku kan sayang pada Maiko sensei…. besok bisa sama-sama main dan sama-sama tidur loh”.

“Riku mau sama mama terus. Sama papa sama Kai. Aku ngga mau pergi”.

“Hmm Riku besok itu menyenangkan loh. pasti Riku lupa sama mama dan papa saking senangnya bermain dnegan teman-teman. Ada campfire nya juga loh. ”

Dia menunduk dan di pipinya bergulir air mata…..

Aku peluk dia erat-erat dan aku bilang,

“Biarpun mama tidak ada di depan Riku, mama selalu ada di dalam hati Riku. selalu. ”

dia masih diam

“Gini Riku bawa deh saputangan mama pakai minyak wangi mama… mau?”

“Aku mau bawa notesnya mama aja sama bolpennya”

“OK….! (sambil pikir anakku ini kok praktis banget —mirip ibunya — taelah.)

Alhasil, sampai dengan detik dia bobo malam ini, terus mengatakan aku tidak mau pergi,

tidak mau berpisah sama mama dan papa….

Semoga besok pagi, dia tetap mau pergi begitu bertemu taman-temannya di depan bis yang akan mengantar mereka ke gunung Tsukuba. Anakku yang berumur 5tahun pertama kali perpisah dengan orang tua dan menginap dengan orang lain yang bukan saudara. Tujuan dari sekolahnya memang bagus, anak-anak dilatih untuk bisa menjadi “mandiri”, karena bulan April nanti, mereka akan menjadi siswa kelas 1 SD.

Susah deh jika si Riku sudah dalam kondisi “nangis” begini. Karena sebetulnya beberapa hari yang lalu, Riku juga sambil menangis bertanya,

“Ma, kenapa sih mama selalu pikirkan Kai saja?”

“Kai kan belum bisa apa-apa Riku. Berdiri saja belum bisa. Jadi mama harus bantu kai. Riku sudah bisa semua sendiri kan? Jadi sekarang Riku memang harus sabar karena Mama terlalu banyak pikir Kai. Tapi kalau Kai sudah bisa apa-apa sendiri, pasti mama juga pikir Riku dan Kai yang sama besarnya. Sabar ya….”

“Abis waktu itu aku harus tidur di tempat A-chan sendirian. Papa ngga ada, Mama ngga ada…. lama lagi. ”

“Loh Riku, Riku sayang A-chan ngga? Waktu itu mama kan masuk Rumah sakit. Mama ngga bisa berbuat apa-apa. Mama di atas tempat tidur terus loh. Ngga bisa kemana-mana. Kalau Riku ikut mama, Riku pasti tidak dapat makan loh. Papa juga kerja. Jadi Riku tidak bisa tunggu di rumah sendiri kan? Nanti kalau ada pencuri masuk, dan bawa pergi Riku, Mama nangis loh. Jadi lebih baik Riku tinggal sama A-chan. ”

“Huh …coba Kai tidak ada, aku bisa terus sama papa dan mama…”

Keluar deh penyataaan itu. 4 tahun semua perhatian cuma ke Riku saja. Sekarang harus berbagi (untuk bukan berbagi suami…gubrak)

Susah juga ya mempunyai anak lebih dari satu. Tapi aku kemudian menjelaskan begini,

“Riku kalau Kai tidak ada susah loh. Riku terus jadi besar, ikut mama dan papa terus….. Tapi nanti papa mama kan juga jadi kakek-nenek (kayaknya sudah mulai deh hihihi) lalu meninggal. Kalau tidak ada Kai wkatu itu, Riku sendirian loh kesepian. Makanya Riku harus baik-baik sama Kai, dan berteman. Jadi kalau ada apa-apa dengan papa dan mama, Riku selalu ada temannya, Kai.”

“Riku mau terus sama mama… terus …”

Waduh gawat dong, padahal aku sudah berusaha dengan segala macam penjelasan, sampai bisa dimengerti.


emiko a.k.a Ikkyu_san I am just an ordinary woman, who live in Tokyo with my husband and two sons. I am a lecturer, translator, and a narrator as well. I like reading, photography, philately, blogging, singing, cooking etc Read more from this author


Posted under Catatan Harian * Diary * 日記

This post was written by imelda on August 27, 2008

Tags:

12 Comments so far

  1. KimiyoNo Gravatar August 27, 2008 11:32 pm

    Uhh, kawaii naa Rikuuu.
    Besok ya otomari hoiku..
    Aku masih ingat waktu aku otomari hoiku lho, samishii bangat walaupun ada teman2 dan sensei yang aku suka sekali.
    Jadi orang tua susah ya, kalau anak mandiri juga chotto samishii tapi kalau anak tidak mau jalan sendiri juga khawatir…
    Riku, ashita ganbatte ne, enjoy yak !

    makasih tante… Nanti Ao-kun kan juga begitu ya…. Kalo Ao udah gede, kita pergi yuuk ke thailand lagi hihihi (ahhh mending eropa yuuk… belanda belanda…. sayang opa “meletus” udah ngga ada)

  2. mang kumlodNo Gravatar August 28, 2008 2:02 am

    Wah susah yah jelasin ke anak itu. Kayaknya saya harus sekolah orangtua dulu nih…

    Ngga usah mang kumlot. di sekolah cuman diajarin teori… yang susah prakteknya.

  3. MelatiNo Gravatar August 28, 2008 2:40 am

    Karena Riku bisa menyampaikan perasaannya begini,hatinya dengan cepat bisa segar kemabali meskipun dia bingung terhadap perasaan yang mungkin baru dialaminya.
    Dan bisa mencegah juga sembelit perasaannya.

    Dia pasti bisa mengatasi kesepiannya besok dan sesudahnya dia bertambah percaya diri.
    Karena apa yang bisa diatasi Riku untuk pertama kalinya semakin bertambah pula.

    Semoga dia bisa menikmati malam yang pasti ramai dan seru dengan teman-temannya dan guru TK-nya.

    Amin.

  4. LalaNo Gravatar August 28, 2008 9:51 am

    Karena udah pernah lihat betapa manjanya Riku sama Mamanya, aku jadi bisa ngebayangin wajahnya waktu bilang, “Aku nggak mau pergi”… “Kenapa Mama selalu pikirkan Kai…”

    …kawaii sekali.. tapi pastinya, bikin orang yang melihat langsung tersentuh…

    Ah, Sistah.
    Penjelasan macam apapun sepertinya akan susah dimengerti buat anak seusia Riku. But hey, he got something to learn kan? Taruhan deh, ini karena dia lagi sensi berat menjelang acara menginap bersama untuk pertama kalinya… and I bet, he’s going to have a lot of fun!

    Salam buat Riku dan Kai, ya, Emichan…
    (sama si Andy juga.. hahahaha)

    …dipentung sama Om dan Abang karena Lala ganjen amat jadi perempuan! hihihi

    Ponakan ganjen sih, makanya om juga ganjen (kebalik yak?) anyway aku sudah sampaikan cium untuk Riku dan Kai…untuk Andy….sampaikan sendiri aja yah hihihi

  5. mastalNo Gravatar August 28, 2008 11:35 am

    ya jangan dipaksa tooohh :)

    setujuh mastal

  6. LalaNo Gravatar August 28, 2008 5:23 pm

    Tolong bilangin si Andy…
    dia mau ga?
    hehehehe

    udah tau gue jawabannya ….no way!!!

  7. Hery AzwanNo Gravatar August 28, 2008 6:29 pm

    Di foto muka Riku memelas gitu…Seolah tak mau dipisahkan sama mamanya.
    Di sini sang mama menghadapi dilema, antara pura-pura tabah membiarkan anaknya pergi atau terus mengeloni anaknya di bawah ketiak. Nah lho…

    bener bang… untung aku selalu pikir ini untuk kebaikan dia. pengalaman sejak umur 6 bulan riku kan harus aku titipkan. waktu 6 bl dia belum mengerti. waktu sekitar 1,5 th dia nangis terus…. aku terpaksa liat dia diseret masuk oleh gurunya. aku jg jadi ingin nangis. Sambil keluar penitipan itu aku membayangkan pikiran dia…”mama ngga sayang aku… mama tinggalkan aku dgn org 2 ini. knp mama tidak tanya aku suka atau tidak. kalau aku disuruh pilih aku akan pilih mama.” but, nak…. hidup itu kadang tidak ada pilihan. ada saatnya kita harus jalanin apa yg bukan pillihan kita.

  8. mang kumlodNo Gravatar August 28, 2008 7:47 pm

    Tapi kata Bapak Provokator Indonesia, Prasetya M. Brata, teori itu penting emiko-san. Kita bisa mengetahui banyak pengalaman orang lain tanpa harus mengalaminya sendiri. Begitu kira2… Sekolah ah…. :lol:

    yup teori itu juga penting tapi tidak usah melulu didapatkan di sekolah. Ngga tau ya, saya condong ke deschooling society.

No comments: