Tuesday, October 14, 2008

Riri Artakusuma (4)

http://ririe-art.blogspot.com/2008/06/ceo-yang-uga-sang-provokator-ii.html
Rabu, 18 Juni 2008



CEO Yang Juga "Sang Provokator" II

Jam istirahat makan siang sudah tinggal 20 menit lagi, tapi saya belum beranjak dari meja kerja, “tanggung jika ditinggal karena hampir selesai” gumam saya dalam hati. Sambil mengiringi saya menyelesaikan tugas-tugas, terkadang disela-sela pekerjaan saya menyempatkan diri ber-yahoo messanger . Waktu menunjukkan pukul 12.50 menit, tiba-tiba, syut..

Prass_ sahabatku: halo…

Fitria artakusuma: halo juga..

Prass_sahabatku: rie, gimana sudah ada komentar terbaru soal rekaman?

Fitria artakusuma: blm sih, nanti aku kabarin lagi deh.

Prass_sahabatku: ooo, ya sudah gpp. Bentar lagi off nih.

Fitria artakusuma: kenapa?

Prass_sahabatku: iya sebentar lagi jam istirahat sudah habis dan waktunya kembali kerja

Fitria artakusuma: oooo

Prass_ sahabatku: jam kerja ga boleh chatting. Klo mau ya di jam istirahat aja.

Fitria artakusuma: ;) senyum…. Oke deh, nanti pembicaraannya dilanjutkan lagi. Duu..

Berawal dari niat “sang provokator” (mas Prass), yang sekedar menanyakan progress dari hasil rekamannya kepada saya, tapi karena YM-an tadi, “Ups..ke sentil nih gue” gumam saya. Sambil melanjutkan pekerjaan, saya berfikir bahwa perkataan “sang provokator” pada saya saat di YM tadi, terasa “menyentil”. Walaupun mungkin pada kenyataannya beliau tidak berniat “menyentil” saya.

Hmm.. kenapa saya merasa seperti di tegur dengan baik-baik oleh “sang provokator”? . lagi-lagi saya harus menceritakannya dengan alur seperti ini. Pertama, secara tidak langsung beliau mengajarkan saya soal amanah. Amanah dalam menggunakan waktu. Waktu yang diberikan oleh perusahaan kepada saya untuk dapat mengerjakan tugas sebaik-baiknya mulai jam 7 pagi sampai dengan jam 3 sore. Dengan begitu berarti dalam waktu efektif tersebut, alangkah sangat baiknya jika saya tidak menggunakan waktu saya untuk bersenda gurau atau mengerjakan hal lain yang kurang penting atau bahkan tidak ada kaitannya dengan pekerjaan saya, seperti contoh YM-an di jam kerja. Tapi bagaimana ya, jika YM-an dengan klien? Menurut hemat saya, selama penggunaan sesuatu betul-betul untuk kepentingan pekerjaan, sah-sah saja. Tapi ingat loh, jangan mengatas namakan pekerjaan untuk kepentingan pribadi.

Bagi sebagian orang, mungkin terdengar klasik atau bahasa gaul nya, “basi” pembicaraan mengenai amanah dalam menggunakan waktu. Tapi betapa banyak dari kita, yang sering melupakannya atau bahkan acuh tak acuh. Sesaat ketika saya ber-YM dengan “sang provokator” di jam istirahat, saya seperti diingatkan, pentingnya menggunakan waktu sebaik-baiknya.

Memory saya terasa kembali mengingat pesan seseorang mengenai amanah menjaga waktu. Ya’ beliau adalah Ratih Sanggarwati sang mantan model yang masih tetap cantik sampai saat ini. Dalam kesempatan wawancara saya dengan Ratih Sang, secara eksplisit beliau berpesan mengenai amanah menjaga waktu. Berapa banyak waktu yang betul-betul kita berikan kepada perusahaan, sesuai kewajiban kita? Jangan sampai kita hanya menuntut hak tapi lupa akan kewajiban. Begitu katanya. “Hehehe… kena betul nih”, gumam saya dalam hati. Maklum saya pun masih belajar mengenai hal yang satu ini. Karena itulah pentingnya kita saling mengingatkan, karena tidak sedikit yang lalai.

Kembali dengan “sang provokator” alias Mas Prass. Hal kedua yang saya bisa ambil pelajaran dari beliau, adalah mengenai bagaimana menjadi panutan. Mas Prass, yang saya tahu, beliau adalah pimpinan di salah satu institusi besar, seandainya Ia mau menggunakan “kebesarannya” sebagai pemimpin, pasti bisa kapan aja YM-an dengan siapa saja dan semaunya. Tapi nggak tuh!. Secara langsung ataupun tidak, dirinya memang mengajarkan, tapi kemudian memberikan tauladan (contoh). Jika sudah masuk jam kerja, ya sudah, fokus untuk kerja lagi, jangan “ngeyel”. Bener tuh, tepat di jam 13.00 alias jam 1 siang, setelah jam istirahat habis, prass_sahabatku (ID YM-nya): offline. Hal itu yang bisa saya contoh dari Mas Prass. Mungkin banyak dari anda akan mengatakan, "akh.. gitu doang ko, itu mah biasa". Ya, mungkin memang biasa, tapi ironi aja, kalau memang hal yang saya contoh dari Mas Prass, BIASA, tapi kenapa masih banyak pimpinan yang hanya jadi tontonan bukan tuntunan. Bagaimana menurut anda??

Nah, Karena masih banyak dari kita yang memang lalai akan hal-hal yang sifatnya sederhana tadi, maka dari itulah dibutuhkan sebuah remainder dalam hidup. Tapi itupun bisa secara langsung ataupun tidak, tinggal bagaimana diri kita. Seperti halnya saya, "diingatkan" Mas Prass melalui YM. Pokoke , kita memang harus bisa melihat sesuatu secara positif dari banyak hal. Anyway, thanks untuk “sang provokator”!!!!

No comments: